Kamis, 06 Mei 2010

PETA KONSEP

SHALAT JUM’AT


Sunnah-sunnah shalat jum’at

Pengertian

Tata- cara shalat jum’at dalam praktek Rasulullah SAW

Dalil Al-Qur’an tentang shalat jum’at

SHALAT JUM’AT

A. Pengertian

Shalat jum’at adalah shalat wajib dua raka’at yang dilaksanakan dengan berjama’ah di waktu dzuhur dengan didahului oleh dua khutbah.

Hukum shalat jum’at ialah Fardhu ‘Ain, artinya kewajiban individu mukallaf (muslim, baligh, berakal) kecuali 6 golongan:

1. Hamba sahaya (budak belian)

2. Perempuan

3. Anak kecil (yang belum baligh)

4. Orang sakit yang tidak dapat menghadiri jum’at

5. Musafit, yakni orang yang sedang dalam perjalanan jauh

6. Orang yang udzur jum’at, seperti ada bencana alam atau bahaya.

B. Dalil Al-Qur’an tentang shalat jum’at

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) šÏŠqçR Ío4qn=¢Á=Ï9 `ÏB ÏQöqtƒ ÏpyèßJàfø9$# (#öqyèó$$sù 4n<Î) ̍ø.ÏŒ «!$# (#râsŒur yìøt7ø9$# 4 öNä3Ï9ºsŒ ׎öyz öNä3©9 bÎ) óOçGYä. tbqßJn=÷ès? ÇÒÈ

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

[1] Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.

Merujuk ayat di atas, para ulama menyimpulkan beberapa kandungan hokum berikut:

a) Jum’at itu wajib ‘Aini bagi yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Orang yang meninggalkannya tanpa udzhur adalah dosa besar.

b) Bila telah dikumandangkan adzan jum’at, wajib segera untuk mendengar khutbah dan menunaikan shalat jum’at

c) Sesudah adzan jum’at berkumandang haram hukumnya bagi yang wajib jum’at melakukan kegiatan yang bersifat duniawi seperti jual beli atau pekerjaan lainnya.[1]

Kewajiban shalat jum’at ditetapkan oleh Al-Qur’an dan dikuatkan oleh hadits Nabi SAW, ancaman bagi orang yang meninggalkan jum’at tanpa udzur:

1) Nabi SAW bercita-cita menyuruh orang mencari kayu bakar dan yang lainnya mengumandangkan adzan, lalu dia akan membakar rumah orang yang tidak pergi jum’at.[2]

2) Nabi SAW bersabda dari mimbarnya, “Hendaklah kaum-kaum itu berhenti meninggalkan jum’at atau Allah kunci hati-hati mereka dan mereka dijadikan orang-orang yang lalai.”[3]

3) Barangsiapa meninggalkan tiga jum’at karena menyepelekannya maka Allah akan menutup hatinya.[4]

C. Tata- cara shalat jum’at dalam praktek Rasulullah SAW

Karena ibadah shalat jum’at termasuk ibadah mahdhah maka tata-caranya harus berpola kepada praktek Rasulullah SAW dengan para sahabatnya, di mana berdasarkan hadits-hadits yang shahih dapat diruntut sebagai berikut:

1) Sesudah masuk waktu zhuhur khatib naik mimbar menyampaikan salam kepada jama’ah sambil berdiri.

2) Muadzin mengumandangkan adzan

3) Khatib menyampaikan khutbah pertama dengan isi pokok; Hamdalah (pujian kepada Allah), dua kalimat syahadat, shalawat kepada Nabi SAW, membaca satu ayat Al-Qur’an dan berpesan dengan taqwa.

4) Khatib duduk di antara dua khutbah seukuran thuma’ninah

5) Berdiri lagi lalu menyampaikan khutbah kedua, dengan isi pokok seperti khutbah pertama, ditambah dengan do’a mukminin-mukminat di penghujung khutbah kedua.

6) Selesai khatib menyampaikan khutbah kedua, muadzin menyampaikan iqamat

7) Shalat dua raka’at dengan bacaan jahar (dikeraskan) Al-Fatihah dengan suratnya.[5]

8) Shalat ba’diyah (sesudah) jum’at 4 raka’at

D. Sunnah-sunnah shalat jum’at

Dalam ketetapan syari’at hari jum’at adalah hari yang paling utama dalam seminggu, sehingga amal-amal baik banyak dianjurkan pada hari itu, seperti:

1) Berdo’a, banak hadits shahih yang menerangkan bahwa pada hari jum’at ada saat ijabah, artinya kalau berdo’a dikabulkan Allah.

2) Membaca surah Al-Kahfi

3) Banyak bershalawat atas Nabi SAW

4) Mandi, berhias diri, menggosok gigi, mengenakan wangi-wangian

5) Berangkat jum’at lebih awal

6) Shalat sunnah tahiyyatul masjid

7) Mengisi shaf paling depan

8) Pindah ketempat ketika didera rasa kantuk

9) Shalat ba’diyah jum’at 4 raka’at

DAFTAR PUSTAKA

Umay M. Dja’far Shiddieq. 2006. Syari’ah Ibadah. Jakarta: al-Ghuraba

Muhammad ‘Ali al-Shabuniy. 1997. Rawa-il’ al-bayan fi tafsir ayat al-ahkam min al-Qur’an. Makkah: Dar al-Salam



[1] Muhammad ‘Ali al-Shabuniy, Rawa-il’ al-bayan fi tafsir ayat al-ahkam min al-Qur’an, jilid 2, Dar al-Salam, 1997, hal. 545

[2] Hadits riwayat Ahmad dan Muslim dari Ibnu Mas’ud RA

[3] Hadits riwayat Muslim dari Abi hurairah dan Ibn Umar

[4] Hadits riwayat al-Khamsah dari Abi Ja’id al-Dhamiri

[5] Rasulullah SAW. Sangat menganjurkan khutbah itu disampaikan dengan tegas tapi ringkas sedangkan bacaan shalatnya dianjurkan agak panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar