Jumat, 21 Mei 2010

makalah na'rifat

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat jasmani dan Rohani yang talah memberikan nikmat akal sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan (Jahiliyah) menuju ke zaman yang terang benderang yang diterangi dengan iman dan islam.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf, Bambang SR. M. Ag yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk membahas tentang “MA’RIFAT” dan terima kasih pula kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini .
Saya sadari bahwa makalah yang saya susun ini bukanlah merupakan makalah yang sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini.




Pontianak, 27 Januari 2010


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagaimana yang kita ketahui banyak jalan untuk mencapai ma’rifat, diantaranya adalah Takhalli, Tahalli dan Tajalli sehingga seorang sufi mahabbah (kecintaan dengan Allah), yang tujuannya untuk mencapai ma’rifatullah. ssangat
Pada makalah ini saya akan membahas tentang ma,rifat yang menjadi puncaknya ilmu tasawuf pada golongan sufi. Banyak kaum sufi ingin menggapainya, bahkan kaum awam juga mempunyai keinginan mencapai ma’rifat.
Jika seseorang sudah mencapai ma’rifat, maka orang tersebut tidak ada batas untuk untuk mengenal sang Kholiknya.
B. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas yaitu:
a. Pengertian ma’rifat
b. Tujuan ma’rifat
c. Kedudukan ma’rifat
d. Alat untuk ma’rifat
e. Tokoh yang mengembangkan ma’rifat
f. Ma’rifat dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dari segi bahasa ma’rifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Sedangkan menurut ulama Tasawuf, antara lain:
a. Dr. Mustafa Zahri mengatakan “Ma’rifat adalah ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaan-Nya”
b. Asy-Syeh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Kadiriy mengatakan “Ma’rifat adalah hadirnya kebenaran Allah (pada sufi)… dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Illahi….”
c. Imam Al-Qusyairy mengatakan “Ma’rifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan (dalam akal pikiran). Barangsiapa yang meningkatkan ma’rifatnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya)
Jadi dapat disimpulkan bahwa ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia Tuhan dengan menggunakan hati sanubari.
B. Tujuan Ma’rifat
Tujuan yang ingin dicapai oleh ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan. Rahasia-rahasia Tuhan disini merupakan kebesaran Tuhan, keagungan Tuhan.
C. Kedudukan Ma’rifat
Sebagai halnya mahabbah, ma’rifat ini terkadang dipandang sebagai maqam dan terkadang dianggap sebagai hal. Dalam literature Barat, Ma’rifat dikenal dengan istilah gnois. Dalam pandangan Al-Junaid (w. 381 H), Ma’rifat dianggap sebagai hal, sedangkan dalam Risalah Al-Qusyairiyah, Ma’rifat dianggap sebagai maqam. Sementara itu Al-Ghazali dalam kitabnya Ilya’ Ulum Al-Din memandang Ma’rifat datang sebelum mahabbah. Adapula yang mengatakan bahwa Ma’rifah dan mahabbah merupakan kembar dua yang selalu disebut berbarengan. Dengan kata lain mahabbah dan Ma’rifat menggambarkan dua aspek dari hubungan rapat yang ada antara seorang sufi dengan Tuhan.
D. Alat untuk Ma’rifat
Alat yang dapat digunakan untuk ma’rifat telah ada dalam diri manusia, yaitu qalb (hati), namun artinya tidak sama dengan heart dalam bahasa Inggris, karena qalb selain dari alat untuk merasa, qalb bisa juga untuk berpikir. Bedanya qalb dengan akal ialah bahwa akal tidak bisa memperoleh ilmu pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan, sedangkan qalb bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada, dan jika dilimpahi cahaya Tuhan, bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
E. Tokoh yang Mengembangkan Ma’rifat
Dalam literature tasawuf dijumpai dua orang tokoh yang mengenal paham Ma’rifat ini, yaitu Al-Ghazali dan Zun Al-Nun Al-Misri.



 Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, ia lahir pada tahun 1059 M. di Ghazaleh, suatu kota kecil terletak didekat Tus di Khurasan. Ia pernah belajar pada Imam Al-Nizamiah Nisyafur.
Ia menjelaskan bahwa orang yang mempunyai Ma’rifah tentang Tuhan, yaitu arif, tidak akan mengatakan ya Allah atau ya Rabb, karena memanggil Tuhan dengan kata-kata serupa ini menyatakan bahwa tuhan dibelakang tabir. Menurut Al-Ghazali Ma’rifah urutannya terlebih dahulu daripada mahabbah, karena mahabbah timbul dari Ma’rifah.
 Zun Al-Misri
berasal dari Naubah, suatu negeri yang terletak diantara Sudan dan Mesir. Tahun kelahirannya tidak banyak yang mengetahui, yang diketahui hanya tahun wafatnya, yaitu 860 M.
menurutnya Ma’rifat hanya terdapat pada kaum sufi yang sanggup melihat Tuhan dengan hati sanubari mereka. Baginya Ma’rifat tidak diperbolehkan begitu saja, tetapi melalui pemberian Tuhan. Ma’rifah bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi tergantung pada kehendak dan rahmat Tuhan.
F. Ma’rifat dalam Pandangan Al-Qur’an
Uraian di atas telah menginformasikan bahwa Ma’rifat adalah pengetahuan tentang rahasia-rahasia dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya melalui pancaran cahaya-Nya yang dimasukkan Allah ke dalam hati seorang sufi. Dengan demikian ma’rifat berhubungan dengan Nur (cahaya Tuhan). Di dalam Al-Qur’an, banyak dijumpai kata Nur diulang dan sebagian besar dihubungkan dengan Tuhan. Misalnya ayat yang berbunyi,
                                   
Artinya: atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia mempunyai cahaya sedikitpun. (Q.S An-Nur: 40)

                      
Artinya: Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ma,rifar berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Menurut istilah ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia Tuhan dengan menggunakan hati sanubari.
Tujuan yang ingin dicapai oleh ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan. Alat yang dapat digunakan untuk ma’rifat telah ada dalam diri manusia, yaitu qalb (hati).
Dalam literature tasawuf dijumpai dua orang tokoh yang mengenal paham Ma’rifat ini, yaitu Al-Ghazali dan Zun Al-Nun Al-Misri.
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa pada umumnya. Dan pada mahasiswa/i semester tiga pada khususnya. Agar lebih belajar dengan giat tentang tasawuf supaya kita lebih memahami tasawuf yang pada makalah ini dititik beratkan pada Ma’rifat.






DAFTAR PUSTAKA

IAIN Sumatera Utara. 1983. Pengantar Ilmu Tasawuf. Sumatera Utara
Harun Nasution. 1983. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
http://syamalifasa.wordpress.com/15/01/2010/tasawuf
http://fadilhafiz.multiply.com/25/01/2010reviews/item
Lihat Muhammad Fu’ad Al-Bago. 1987. Al-Mu’jam Al-Mufahras li Afadz Al-Qur’an Al-Karim. Be irut: Dar Al-Fikr

1 komentar:

  1. Welcome to the ⭐ Casino Site of 2021 | choegocasino.com
    Visit the ⭐ Casino Site of 2021 ⭐ Casino febcasino Site 제왕 카지노 of 2021 ⭐ Casino Site of 2021 ⭐ Bonus 카지노사이트 Code 2021 ⭐ Online Casinos with ⭐ Bonus.

    BalasHapus